Sunday, April 6, 2014

Black box/Kotak hitam
Berita mengenai hilangnya pesawat terbang Malaysia airlines MH370 yang hampir satu bulan ini (08 Maret silam)tentu semua orang sudah mengetahuinya, dimana hingga saat ini (06/04/2014) belum diketahui keberadaannya. Menurut kabar terakhir yang dilansir di tvone bahwa Kapal perang Tiongkok Haixun 01  telah mendeteksi sinyal kotak hitam (Black box) yang diduga berasal dari MH370, dan kini hal tersebut sedang ditindaklanjuti oleh pihak Australia. Yah, kita semua berharap bahwa misteri hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 bisa ditemukan.

Baik saudara-saudaraku, untuk kesempatan ini saya tidak akan membahas jauh mengenai berita hilangnya pesawat Malaysia Airlines, namun pada kesempatan ini saya akan membahas tentang Black Box atau yang sering kita dengar sebagai kotak hitam.

Black box atau perekam data penerbangan merupakan sebuah alat yang digunakan untuk merekam sebuah data pada penerbangan. Alat perekam data penerbangan atau kotak hitam itu sebenarnya tidak berwarna hitam namun oranye terang, hal ini dikarenakan agar mudah ditemukan jika terjadi kecelakaan.

Sejarah Black Box

Kalau dilihat dari sejarahnya, maka perkembangan kotak hitam ini dapat kita bagi dalam tiga generasi, apa saja ya…. Ini dia ;

Generasi pertama, FDR (flight data recorder) pada masa ini hanya memiliki lima parameter perekam penerbangan, arah penerbangan, ketinggian terbang, kecepatan terbang, percepatan vertikal dan waktu. Metode perekamnya adalah dengan mengemboskan kelima parameter analog tersebut pada metal foil(kertas logam atau incanol steel), yang hanya bisa dipakai satu kali perekaman, sehingga disebut juga foil recorder.

Generasi kedua, didorong oleh terbatasnya parameter yang terekam pada foil recorder dan sulitnya menginterpretasi data kemudian berkembang FDR dengan menggunakan magnetik tape dengan format data digital pada tahun 1960-an. Kemampuan merekamnya jauh lebih baik dengan mencakup banyak parameter data. Namun seiring berjalannya waktu, FDR dirasa tidak cukup untuk digunakan sebagai dasar analisis penyebab kecelakaan, maka mulai dikembangkan teknologi CVR (cockpit voice recorder), dimana pada tahun 1965 menjadi piranti wajib semua pesawat terbang komersial.

Generasi ketiga nih, FDR pada generasi ketiga mengembangkan teknologi solid state sekitar tahun 1990, kemudian disusul dengan CVR pada tahun 1992. Nah, keunggulan pada black box generasi ketiga ini adalah kemampuannya untuk merekam lebih banyak parameter dan waktu lebih lama, biaya perawatan lebih rendah dan pembacaan data yang lebih mudah dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Pada generasi ketiga ini CVR menggunakan sekumpulan microchips, sehingga tidak ada bagian-bagian yang bergerak.
 
Bagian-bagian dari black box
Bagaimana Cara Kerja Kotak Hitam ?

Magnetic tape pada FDR bekerja layaknya tape recorder dan pada umumnya, CVR dengan magnetic tape merekam selama 30 menit, dengan putaran kontinyu (continnous loop) dengan siklus 30 menit. Setelah satu siklus, rekaman lama akan terhapus dan diganti dengan rekaman yang baru. Sedangkan CVR berbasis teknologi Solid State mampu merekam sampai 2 jam persiklus. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya dengan tidak adanya bagian yang bergerak membuat biaya perawatan menjadi murah dan juga akan mengurangi kemungkinan ada bagian yang pecah pada waktu terjadi kecelakaan. Data yang yang berada di FDR dan CVR disimpan pada memory boards yang terdapat pada Crash Survivability Memory Unit (CSMU).

Memory boards mempunyai ruang data penyimpanan digital yang cukup untuk mengakomodasi rekaman percakapan pada CVR hingga 2 jam dan perekam data penerbangan pada FDR selama 25 jam.

Untuk dapat direkam pada FDR, pesawat terbang dilengkapi berbagai macam sensor untuk mengukur besaran-besaran (parameter) data penerbangan seperti Acceleration, Airspeed, Attitude, Flap Settings, Outside Air Temperature, Cabin Temperature and Pressure, Engine Performance dan banyak lagi.

FDR jenis Magnetic Tape Recorder dapat menyimpan sekitar 100 parameter, sedangkan jenis Solid State Recorder lebih dari 700 parameter. Semua data dari sensor-sensor tersebut dikirimkan ke Flight Data Acqusition Unit (FDAU) yang terletak pada Electronic Equipment Bay di bawah Cockpit dan kemudian direkam oleh Black Box, yang terletak pada bagian belakang (ekor) pesawat terbang.

Alasan pemasangan Black Box di belakang pesawat terbang mengingat bagian tersebut seringkali lebih utuh kondisinya pada saat terjadi kecelakaan dibandingkan bagian depan, sehingga akan lebih melindungi keutuhan Black Box.  Blackbox yang lebih modern memiliki kemampuan self-eject serta mudah dideteksi oleh Sonar atau Radar.

Pada kecelakaan pesawat terbang, ada kalanya bagian yang tersisa adalah Black Box, itupun mungkin hanya bagian yang disebut Crash Survivability Memory Unit (CSMU), karena CSMU baik pada FDR maupun CVR memang dibuat untuk dapat bertahan (Built to Survive), oleh karenanya persyaratan dan pengujian bagian ini sangatlah ketat. Beberapa hal yang harus mampu ditahan oleh CSMU di antaranya Crash Impact yang harus mampu menahan benturan sampal 3.400 G (gaya tarik bumi), Static Crush mampu menahan beban seberat 5.000 lb (2.500 kg) selama 5 menit pada semua sumbunya. Fire Test mampu bertahan pada suhu 2.0000 F (1.1000C) selama satu jam, mampu bertahan di kedalaman laut, berbagai macam cairan, dan sebagainya.

Di samping itu, Black Box juga dilengkapi dengan Under Water Locator Beacon, untuk dapat diketahui lokasinya apabila tenggelam di laut. Alat ini mampu mengeluarkan sinyal dan kedalaman 14.000 kaki (4.267m) maksudnya bila di dalam air, kotak ini akan memancarkan sinyal ketika terguncang karena benturan. Sinyal inilah yang bisa ditangkap radar untuk menunjukkan lokasi pesawat. Namun, kekuatan sinyal terbatas. Biasanya sampai seminggu sebelum menghilang.

Untuk dapat dianalisis, data dan FDR dan CVR dibaca dengan menggunakan peralatan dan piranti lunak khusus. Di Amerika Serikat, hal ini dilakukan di laboratorium badan keselamatan transportasi nasional (National Transportation Safety Board/NTSB), yang memperoleh Read Out System dan Software dan pembuat Black Box. Proses ini dapat memakan waktu mingguan bahkan berbulan-bulan. Hasil analysis dan Black Box bukanlah satu-satunya sumber untuk dapat menyimpulkan penyebab suatu kecelakaan.
Para penyelidik di Indonesia yang dilaksanakan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) harus menggabungkan dan mengsinkronisasikannya dengan berbagai macam temuan lainnya untuk dapat menyimpulkan secara utuh dan komprehensif Badan Otoritas Penerbangan Amerika Serikat, Federal Aviation Administration (FAA) mewajibkan pesawat terbang komersial merekam sedikitnya 11 hingga 29 parameter, tergantung dari ukuran pesawat yang kemudian aturan ini diperbaharui pada tanggal 17 Juli 1997. Pesawat yang dibuat sesudah tanggal 19 Agustus 2002 diwajibkan untuk memiliki Black Box untuk merekam sedikitnya 88 parameter.

Nah demikian sedikit ulasan mengenai Black Box atau Kotak Hitam pesawat terbang, mudah-mudahan bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua. Terimakasih.


0 komentar :