Black box/Kotak hitam |
Berita
mengenai hilangnya pesawat terbang Malaysia airlines MH370 yang hampir satu
bulan ini (08 Maret silam)tentu semua orang sudah mengetahuinya, dimana hingga
saat ini (06/04/2014) belum diketahui keberadaannya. Menurut kabar terakhir yang
dilansir di tvone bahwa Kapal perang Tiongkok Haixun 01 telah mendeteksi sinyal kotak hitam (Black box)
yang diduga berasal dari MH370, dan kini hal tersebut sedang ditindaklanjuti
oleh pihak Australia. Yah, kita semua berharap bahwa misteri hilangnya pesawat
Malaysia Airlines MH370 bisa ditemukan.
Baik
saudara-saudaraku, untuk kesempatan ini saya tidak akan membahas jauh mengenai
berita hilangnya pesawat Malaysia Airlines, namun pada kesempatan ini saya akan
membahas tentang Black Box atau yang sering kita dengar sebagai kotak hitam.
Black box
atau perekam data penerbangan merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
merekam sebuah data pada penerbangan. Alat perekam data penerbangan atau kotak
hitam itu sebenarnya tidak berwarna hitam namun oranye terang, hal ini
dikarenakan agar mudah ditemukan jika terjadi kecelakaan.
Sejarah
Black Box
Kalau
dilihat dari sejarahnya, maka perkembangan kotak hitam ini dapat kita bagi
dalam tiga generasi, apa saja ya…. Ini dia ;
Generasi pertama,
FDR (flight data recorder) pada masa ini hanya memiliki lima parameter
perekam penerbangan, arah penerbangan, ketinggian terbang, kecepatan terbang,
percepatan vertikal dan waktu. Metode perekamnya adalah dengan mengemboskan
kelima parameter analog tersebut pada metal foil(kertas logam atau incanol
steel), yang hanya bisa dipakai satu kali perekaman, sehingga disebut juga foil
recorder.
Generasi kedua,
didorong oleh terbatasnya parameter yang terekam pada foil recorder dan
sulitnya menginterpretasi data kemudian berkembang FDR dengan menggunakan
magnetik tape dengan format data digital pada tahun 1960-an. Kemampuan
merekamnya jauh lebih baik dengan mencakup banyak parameter data. Namun seiring
berjalannya waktu, FDR dirasa tidak cukup untuk digunakan sebagai dasar
analisis penyebab kecelakaan, maka mulai dikembangkan teknologi CVR (cockpit
voice recorder), dimana pada tahun 1965 menjadi piranti wajib semua pesawat
terbang komersial.
Generasi
ketiga nih, FDR pada generasi ketiga mengembangkan teknologi solid state
sekitar tahun 1990, kemudian disusul dengan CVR pada tahun 1992. Nah,
keunggulan pada black box generasi ketiga ini adalah kemampuannya untuk merekam
lebih banyak parameter dan waktu lebih lama, biaya perawatan lebih rendah dan
pembacaan data yang lebih mudah dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Pada generasi
ketiga ini CVR menggunakan sekumpulan microchips, sehingga tidak ada
bagian-bagian yang bergerak.
Bagaimana
Cara Kerja Kotak Hitam ?
Magnetic tape
pada FDR bekerja layaknya tape recorder dan pada umumnya, CVR dengan magnetic
tape merekam selama 30 menit, dengan putaran kontinyu (continnous loop)
dengan siklus 30 menit. Setelah satu siklus, rekaman lama akan terhapus dan
diganti dengan rekaman yang baru. Sedangkan CVR berbasis teknologi Solid State
mampu merekam sampai 2 jam persiklus. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya
dengan tidak adanya bagian yang bergerak membuat biaya perawatan menjadi murah
dan juga akan mengurangi kemungkinan ada bagian yang pecah pada waktu terjadi
kecelakaan. Data yang yang berada di FDR dan CVR disimpan pada memory boards
yang terdapat pada Crash Survivability Memory Unit (CSMU).
Memory boards
mempunyai ruang data penyimpanan digital yang cukup untuk mengakomodasi rekaman
percakapan pada CVR hingga 2 jam dan perekam data penerbangan pada FDR selama
25 jam.
Untuk dapat direkam pada FDR, pesawat terbang dilengkapi berbagai
macam sensor untuk mengukur besaran-besaran (parameter) data penerbangan
seperti Acceleration, Airspeed, Attitude, Flap Settings, Outside Air
Temperature, Cabin Temperature and Pressure, Engine Performance dan banyak
lagi.
FDR jenis Magnetic Tape Recorder dapat menyimpan sekitar 100
parameter, sedangkan jenis Solid State Recorder lebih dari 700 parameter. Semua
data dari sensor-sensor tersebut dikirimkan ke Flight Data Acqusition Unit
(FDAU) yang terletak pada Electronic Equipment Bay di bawah Cockpit dan
kemudian direkam oleh Black Box, yang terletak pada bagian belakang (ekor)
pesawat terbang.
Alasan pemasangan Black Box di belakang pesawat terbang
mengingat bagian tersebut seringkali lebih utuh kondisinya pada saat terjadi
kecelakaan dibandingkan bagian depan, sehingga akan lebih melindungi keutuhan
Black Box. Blackbox yang lebih modern memiliki kemampuan self-eject serta
mudah dideteksi oleh Sonar atau Radar.
Pada kecelakaan pesawat terbang, ada kalanya bagian yang
tersisa adalah Black Box, itupun mungkin hanya bagian yang disebut Crash
Survivability Memory Unit (CSMU), karena CSMU baik pada FDR maupun CVR memang
dibuat untuk dapat bertahan (Built to Survive), oleh karenanya persyaratan dan
pengujian bagian ini sangatlah ketat. Beberapa hal yang harus mampu ditahan
oleh CSMU di antaranya Crash Impact yang harus mampu menahan benturan sampal
3.400 G (gaya tarik bumi), Static Crush mampu menahan beban seberat 5.000 lb
(2.500 kg) selama 5 menit pada semua sumbunya. Fire Test mampu bertahan pada
suhu 2.0000 F (1.1000C) selama satu jam, mampu bertahan di kedalaman laut,
berbagai macam cairan, dan sebagainya.
Di samping itu, Black Box juga dilengkapi dengan Under Water
Locator Beacon, untuk dapat diketahui lokasinya apabila tenggelam di laut. Alat
ini mampu mengeluarkan sinyal dan kedalaman 14.000 kaki (4.267m) maksudnya
bila di dalam air, kotak ini akan memancarkan sinyal ketika terguncang
karena benturan. Sinyal inilah yang bisa ditangkap radar untuk menunjukkan
lokasi pesawat. Namun, kekuatan sinyal terbatas. Biasanya sampai seminggu
sebelum menghilang.
Untuk dapat dianalisis, data dan FDR dan CVR dibaca dengan
menggunakan peralatan dan piranti lunak khusus. Di Amerika Serikat, hal ini
dilakukan di laboratorium badan keselamatan transportasi nasional (National
Transportation Safety Board/NTSB), yang memperoleh Read Out System dan Software
dan pembuat Black Box. Proses ini dapat memakan waktu mingguan bahkan
berbulan-bulan. Hasil analysis dan Black Box bukanlah satu-satunya sumber untuk
dapat menyimpulkan penyebab suatu kecelakaan.
Para penyelidik di Indonesia yang dilaksanakan oleh Komite
Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) harus menggabungkan dan
mengsinkronisasikannya dengan berbagai macam temuan lainnya untuk dapat
menyimpulkan secara utuh dan komprehensif Badan Otoritas Penerbangan Amerika
Serikat, Federal Aviation Administration (FAA) mewajibkan pesawat terbang
komersial merekam sedikitnya 11 hingga 29 parameter, tergantung dari ukuran
pesawat yang kemudian aturan ini diperbaharui pada tanggal 17 Juli 1997.
Pesawat yang dibuat sesudah tanggal 19 Agustus 2002 diwajibkan untuk memiliki
Black Box untuk merekam sedikitnya 88 parameter.
Nah
demikian sedikit ulasan mengenai Black Box atau Kotak Hitam pesawat terbang,
mudah-mudahan bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua. Terimakasih.
0 komentar :
Post a Comment